![]() |
AI di Perubahan Iklim |
Hujan lebat memicu banjir di Jakarta dan sekitarnya di bulan Juli 2025. Padahal, Juli seharusnya puncak kemarau. Perubahan iklim telah mengacaukan musim. Sebagai negara tropis, Indonesia hanya memiliki dua musim utama, yaitu musim hujan dan kemarau. Pola musim ini dipengaruhi oleh angin muson dan letak geografis Indonesia yang unik.
Jakarta bukan satu-satunya yang merasakan cuaca ekstrem. Di belahan dunia lain, fenomena ekstrem berlangsung hampir serempak. Di Texas, Amerika Serikat, banjir besar akibat badai menghanyutkan rumah dan kendaraan pekan lalu, menewaskan puluhan orang yang berlibur di musim panas, dan ribuan orang mengungsi. Di Eropa, sejak akhir Juni hingga awal Juli 2025, gelombang panas ekstrem memecahkan rekor suhu hingga mencapai 46 derajat celsius di Spanyol dan Portugal, serta 33-40 derajat celsius di Inggris, Perancis, Italia, dan Jerman. Rekor suhu ini seharusnya muncul pada Agustus, bukan Juni-Juli.
Perubahan iklim telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini. Dampaknya yang merusak lingkungan, seperti banjir, kekeringan, dan cuaca ekstrem lainnya, telah menyebabkan kerugian besar bagi manusia, hewan, dan ekosistem. Namun, di tengah tantangan ini, teknologi telah muncul sebagai solusi yang potensial untuk mengatasi perubahan iklim dan mengurangi dampaknya.
Big data dan kecerdasan buatan (AI) telah menjadi alat yang kuat dalam memahami dan mengatasi tantangan perubahan iklim. Dengan mengumpulkan dan menganalisis data lingkungan yang besar, kita dapat memahami tren perubahan iklim dengan lebih baik dan mengembangkan solusi yang lebih efektif. Selain itu, AI juga dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengidentifikasi pola-pola yang membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
sumber: unisbank, kompas
Jakarta bukan satu-satunya yang merasakan cuaca ekstrem. Di belahan dunia lain, fenomena ekstrem berlangsung hampir serempak. Di Texas, Amerika Serikat, banjir besar akibat badai menghanyutkan rumah dan kendaraan pekan lalu, menewaskan puluhan orang yang berlibur di musim panas, dan ribuan orang mengungsi. Di Eropa, sejak akhir Juni hingga awal Juli 2025, gelombang panas ekstrem memecahkan rekor suhu hingga mencapai 46 derajat celsius di Spanyol dan Portugal, serta 33-40 derajat celsius di Inggris, Perancis, Italia, dan Jerman. Rekor suhu ini seharusnya muncul pada Agustus, bukan Juni-Juli.
Perubahan iklim telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia saat ini. Dampaknya yang merusak lingkungan, seperti banjir, kekeringan, dan cuaca ekstrem lainnya, telah menyebabkan kerugian besar bagi manusia, hewan, dan ekosistem. Namun, di tengah tantangan ini, teknologi telah muncul sebagai solusi yang potensial untuk mengatasi perubahan iklim dan mengurangi dampaknya.
Big data dan kecerdasan buatan (AI) telah menjadi alat yang kuat dalam memahami dan mengatasi tantangan perubahan iklim. Dengan mengumpulkan dan menganalisis data lingkungan yang besar, kita dapat memahami tren perubahan iklim dengan lebih baik dan mengembangkan solusi yang lebih efektif. Selain itu, AI juga dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan mengidentifikasi pola-pola yang membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
sumber: unisbank, kompas