ads
ads

13 Agustus 2025

Screenshot Sebuah Potret Sosial Manusia Digital

0 comments

 

dig
screenshot


Satu kebiasaan kecil yang jadi big deal adalah screenshot. Dari chat WhatsApp, meme lucu, hingga bukti transaksi layar ponsel kita penuh dengan tangkapan layar. Kebiasaan ini bukan sekadar aksi jempol, tapi cermin karakter manusia modern, benarkah? 

Screenshot adalah senjata andalan orang di dunia yang serba tidak pasti, screenshot menjadi jangkar bukti. Kolektor Screenshot yaitu orang yang menumpuk screenshot, biasanya, punya motivasi lebih dalam. Walaupun pada akhirnya kebingungan saat mencari file tersebut.  Daripada penjelasan panjang, lebih baik tunjukkan bukti visual, mereka bersifat pragmatis dan simple terutama setelah belajar dari pengalaman menghadapi manipulasi/kebohongn secara digital. Takut kehilangan info penting (FOMO) juga menggambarkan  Obsesi Kontrol sehingga merasa punya kendali atas situasi.  


Tanpa sadar Dampak Sosial yang terjadi disaat Screenshot Jadi Senjata Makan Tuan, yaitu: 
  • Hubungan Rusak: Pasangan salin koleksi chat untuk serang balik saat bertengkar.  
  • Bocor Data Pribadi: Screenshot KTP/KK berujung pada penipuan digital (Kisah nyata: Korban phishing Rp 200 juta)
  • Misinterpretasi: Tangkapan layar tanpa konteks memicu hoaks (contoh: potongan chat dipakai untuk fitnah).  

Kebiasaan screenshot membuktikan satu hal, di era virtual, manusia tetap rindu bukti yang kasat mata. Galeri screenshot kita adalah merupakan Cermin karakter (Hati-hati, romantis, atau defensif). Screenshot itu seperti pisau, bisa untuk memasak atau melukai, tergantung niat pemegangnya. 

sumber berita:  jawapos-wakompasjawapos-jaga